TUGAS
“ TEKNOLOGI
PENGOLAHAN HASIL TERNAK “
OLEH :
NAMA
: ALDO V. B. PUTURUHU
NIM
: 2015 – 59 – 021
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
PATTIMURA
AMBON
2016
1.
Metode
Pengolahan Daging
a)
Penggaraman
(Curing)
Penggaraman (curing) adalah cara
pengolahan dan pengawetan daging dengan menambahkan bahan seperti garam NaCl,
Na-nitrit atau Na-nitrat, dan gula. Curing bertujuan mendapatkan warna
yang stabil, aroma, tekstur dan kelezatan yang baik, dan untuk mengurangi
pengerutan daging selama pengolahan serta memperpanjang masa simpan produk
daging (Soeparno, 1992). Proses penggaraman daging dengan nitrit berperan
sangat penting yaitu bereaksi dengan mioglobin membentuk nitrosomioglobulin
yang diubah menjadi nitrosochemochrome, sehingga menyebabkan warna daging jadi
merah. Bersama dengan garam dapur, nitrit atau nitrat berperan sebagai pengawet
dengan cara menurunkan Aw produk.
b)
Penggilingan
Daging sapi yang
telah berbentuk potongan-potongan kecil, kemudian dilakukan pelumatan/
penggilingan. Tujuan proses penggilingan/pelumatan daging/ikan adalah untuk
meperkecil ukuran daging menjadi partikel-partikel yang ukurannya homogen.
Sehingga bila dicampur dengan bumbu-bumbu, maka bumbu tersebut akan tercapur
rata dengan adonan. Tujuan yang kedua adalah untuk mendapatkan “tenderness”
yang baik pada produk akhir. Proses penggilingan dapat dilakukan dengan
menggunakan alat penggilingan khusus yang banyak dijumpai di pasar atau
menggunakan “food processor” yang telah banyak diperdagangkan. Alat penggiling
khusus seperti yang telah banyak di jumpai di pasar mempunyai kelebihan yaitu
dapat menggiling lebih halus dan lebih homogen. Ditempat tersebut juga biasanya
menerima jasa penggilingan daging dengan biaya relatif murah. Dengan demikian apabila kita tidak mempunyai alat “food processor” di rumah, maka kita dapat menggiling daging ketempat tersebut. Proses penggilingan menggunakan alat penggiling megandung resiko akan menimbulkan panas selama proses penggilingan. Panas tersebut dapat disebabakan oleh adanya gesekan antara daging atau adanya gesekan daging dengan alat penggiling. Untuk mencegah terjadinya kenaikan suhu selama proses penggilingan, ditambahkan potongan-potongan es batu. Dengan demikian kenaikan suhu selama proses penggilingan, dapat dicegah tidak melebihi 16°C (Tatono, 1994). Pendinginan ini bertujuan untuk mencegah denaturasi protein aktomiosin oleh panas. Air es digunakan untuk mempertahankan temperatur selama pendinginan. Air es selain berfungsi sebagai fase pendispersi dalam emulsi daging, juga berfungsi untuk melarutkan protein sarkoplasma dan sebagai pelarut garam yang akan melarutkan protein myofibril (Afrisanti, 2010).
menerima jasa penggilingan daging dengan biaya relatif murah. Dengan demikian apabila kita tidak mempunyai alat “food processor” di rumah, maka kita dapat menggiling daging ketempat tersebut. Proses penggilingan menggunakan alat penggiling megandung resiko akan menimbulkan panas selama proses penggilingan. Panas tersebut dapat disebabakan oleh adanya gesekan antara daging atau adanya gesekan daging dengan alat penggiling. Untuk mencegah terjadinya kenaikan suhu selama proses penggilingan, ditambahkan potongan-potongan es batu. Dengan demikian kenaikan suhu selama proses penggilingan, dapat dicegah tidak melebihi 16°C (Tatono, 1994). Pendinginan ini bertujuan untuk mencegah denaturasi protein aktomiosin oleh panas. Air es digunakan untuk mempertahankan temperatur selama pendinginan. Air es selain berfungsi sebagai fase pendispersi dalam emulsi daging, juga berfungsi untuk melarutkan protein sarkoplasma dan sebagai pelarut garam yang akan melarutkan protein myofibril (Afrisanti, 2010).
c)
Sterilisasi
Pada Metode ini ada terbagi atas 4 jenis, yaitu ;
- · Pengolahan Sterilisasi Secara Kering
Sumber panas dalam kategori ini termasuk dalam oven udara panas, minyak
goreng dalam produk, dan permukaan panas pada penggorengan produk. Udara panas
bisa mencapai hingga 200°C, memungkinkan transfer panas yang signifikan
terhadap produk. Namun, laju perpindahan panas selama penggorengan lemak lebih
besar karena media minyak memungkinkan transfer panas yang lebih baik bila
dipanaskan pada suhu antara 150 and 190 °C.
- · Pengolahan Sterilisasi Secara Lembab
Sumber panas yang biasanya media panas cair, seperti air atau uap.
pemanasan air bisa mencapai hingga 100°C (titik didih), menunjukkan perpindahan
panas yang signifikan terhadap produk. Perlakuan panas lembab di lingkungan
tertutup memungkinkan suhu ruang dari 120-125°C, mengubah karakteristik produk.
Suhu tinggi yang diamati dalam proses seperti pengalengan, pemasakan, dan
tekanan memasak. Memasak pada suhu gelatinisasi lebih tinggi menyebabkan
kolagen, karena itu perlu memodifikasi karakteristik produk daging yang kaya
kolagen. Memasak dengan Uap dapat mencapai suhu pemanasan 100 ° C, namun
perpindahan panas lebih baik dari suhu panas air, karena panas laten dari uap
kondensasi membantu dalam pemanasan produk.
Dalam
beberapa produk daging olahan termal, kombinasi dari pemanasan kering dan
lembab (kelembaban meningkat) teknik pemanasan diterapkan untuk mempertahankan
karakteristik produk dan mencegah hilangnya kelembaban yang berlebihan dari
produk. Dalam aplikasi pengolahan daging yang khas, kelembaban dicapai melalui
penguapan air oleh tetesan ke kumparan pemanas hambatan listrik atau melalui
uap.
- · Pengolahan Sterilisasi Menggunakan Microwave
Pengolahan menggunakan microwave didasarkan pada penggunaan spektrum
elektromagnetik. Frekuensi yang biasa digunakan untuk pemanasan microwave
antara 915 dan 2450 MHz, dengan panjang gelombang dari 32,8 cm dan 12,25. Suhu
produk akhir yang dicapai tergantung pada energi yang diberikan dan biasanya
tidak lebih tinggi dari 100° C. Penggunaan 915 MHz menghasilkan produk yang
lebih konsisten terhadap pemanasan, sebagaimana frekuensi ini menghasilkan dua
puncak, satu di permukaan dan satu di tengah. Penggunaan gelombang mikro dalam
pengolahan daging komersial sangat terbatas dan eksklusif digunakan dalam
pengolahan daging siap saji.
Keuntungan dari pemanasan microwave meliputi kecepatan, tingkat
selektivitas yang luas, kontrol yang mudah, dan penggunaan energi yang lebih
rendah. Sebaliknya, ada keterbatasan, yang meliputi kapasitas terbatas yang
tergantung pada jumlah beban, pemanasan pengukusan yang berlebihan
(menghasilkan sogginess dalam beberapa produk), fokus di daerah hangat produk
(mempengaruhi keseragaman), keterbatasan dalam bahan hanya pada satu
produk (tidak dapat memanfaatkan kontainer logam), dan penerapan terbatas
sehingga terjadi kecoklatan.
- · Kombinasi Pengolahan Sterilisasi
Beberapa proses komersial menggabungkan metodologi termal kering dan lembab
untuk mencapai karakteristik tertentu dalam produk daging. Sebagai contoh,
dalam produksi sosis, tahap awal pemasakan adalah karakteristik dari pengolahan
termal kering, diikuti dengan langkah-langkah di mana uap diinjeksikan untuk
mempercepat proses pemasakan. Produk lain dapat menggunakan panas kering untuk
mengembangkan rasa tertentu, diikuti dengan penggunaan pemasakan lembab untuk
mencapai suhu akhir yang diinginkan untuk menghancurkan mikroorganisme.
Peralatan pengolahan termal yang digunakan untuk pembuatan produk daging
secara luas dapat dibagi menjadi dua kategori dasar: batch dan kontinyu. Sistem
memasak dengan batch, produk dimuat ke dalam oven, dimasak, dan dibongkar sebagai
batch tunggal. Komponen oven batch pada dasarnya terdiri dari sistem pemanas
dan pendingin, sistem sirkulasi udara, suhu dan kelembaban sistem kontrol, dan
peredam untuk memastikan distribusi yang tepat dari media pemanas / pendingin
atau udara di dalam oven ketika dimuat. Sebagian besar oven batch yang memiliki
kemampuan untuk mendinginkan produk menggunakan air dingin atau sistem air
garam, dan produk ini kemudian pindah ke kamar berpendingin untuk mendinginkan
produk. Kapasitas oven ini berkisar luas dari 150 sampai 25.000 kg berdasarkan
kapasitas produksi yang diperlukan dan jenis produk olahan. Dalam sistem
memasak terus menerus, fungsi memasak dan pendinginan yang terintegrasi ke
dalam sebuah unit tunggal dengan beberapa zona. Produk dimuat dalam sistem
pengangkutan dan dipindahkan melalui salah satu atau beberapa zona memasak, dan
kemudian melalui zona pendinginan. Produk ini biasanya dibawa oleh rantai,
balok berjalan, atau sabuk konveyor.
d)
Pendinginan
Cara
pengawetan daging dengan suhu rendah ada 2 macam yaitu pendinginan (cooling)
dan pembekuan (freezing). Pendiginan adalah penyimpanan daging di atas
suhu pembekuan bahan yaitu -2 sampai +10 0 C. Sedangkan pembekuan
adalah penyimpanan daging dalam keadaan beku yaitu pada suhu 12 sampai -24 0
C. Pembekuan cepat (quick freezing) di lakukan pada suhu -24 sampai -40
0 C. Pendinginan biasanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa
hari atau minggu sedangkan pembekuan bisa sampai berbulan-bulan. Perbedaan lain
antara pendinginan dan pembekuan adalah dalam hal pengaruhnya terhadap
keaktifan mikroorganisme di dalam daging. Penggunaan suhu rendah dalam
pengawetan daging tidak dapat membunuh bakteri, sehingga jika daging beku
misalnya di keluarkan dari penyimpanan dan di biarkan mencair kembali (thawing),
pertumbuhan bakteri pembusuk kemudian berjalan cepat kembali. Pendinginan dan
pembekuan masing-masing juga berbeda pengaruhnya terhadap rasa, tekstur, nilai
gizi, dan sifat-sifat lainya.
e)
Binding ( Pengikatan )
Bahan pengikat memiliki kandungan
protein yang lebih tinggi dan dapat meningkatkan emulsifikasi lemak
dibandingkan dengan bahan pengisi. Bahan pengikat dalam adonan emulsi dapat
berfungsi sebagai bahan pengemulsi. Bahan pengikat juga berfungsi mengurangi penyusutan
pada waktu pengolahan dan meningkatkan daya ikat air. Protein dalam bentuk
tepung dipercaya dapat memberikan sumbangan terhadap sifat pengikatan. Pengikat
terdiri menurut asalnya bahan dari bahan pengikat yang berasal dari hewan dan
tumbuhan. Bahan pengikat hewani antara lain susu bubuk skim dan tepung ikan.
f)
Casing
Selongsong (Casing) adalah bahan pengemas sosis yang umumnya berbentuk
silindris. Selongsong sosis dapat berfungsi sebagai cetakan selama pengolahan,
pembungkus selama penanganan dan pengangkutan serta sebagai media display
selama diperdagangkan. Penggunaan casing dalam pembuatan sosis bertujuan
untuk membentuk dan menjaga stabilitas sosis serta melindungi dari kerusakan
kimia seperti oksidasi, mikroba, atau kerusakan fisik seperti ketengikan.
Terdapat 5
jenis casing yang sering digunakan dalam pembuatan sosis yaitu alami, kolagen,
selulosa, plastic, serta logam. Casing alami biasanya terbuat dari usus
alami hewan, casing ini mempunyai keuntungan dapat dimakan, bergizi
tinggi dan melekat pada produk, sedangkan kerugian dari casing ini
adalah produk ini tidak awet. Casing kolagen biasanya berbahan baku dari
kulit hewan besar, keuntungan dari jenis casing ini dapat diwarnai, bisa
dimakan, dan melekat pada produk. Casing selulosa biasanya berbahan baku
pulp. Keuntungan dari casing selulosa adalah dapat dicetak atau diwarnai
dan murah. Kekurangan dari casing ini adalah sangat keras dan dianjurkan
untuk tidak dimakan. Proses pembuatan sosis fermentasi meliputi tahapan
persiapan, chilling/ freezing, pemberian bumbu dan pencampuran, filling/
pengisian, fermentasi, pengasapan aging/ drying, dan penyimpanan.
g)
Pengasapan
Pengasapan bersifat pengawetan
karena ada penyimpanan/ penimbunan di permukaan daging senyawa kimia seperti
formaldehida, asetaldehida, aseton diasetil, methanol, etanol, fenol, asam-asam
format dan asetat, furfural dehida, resins, bahan lilin, ter dan bahan lain
yang semua bahannya terdapat pada produk yang diasap dengan konsentrasi
berbeda. Proses pengasapan konvensional yaitu dengan menggantungkan produk
dalam rumah pengasapan selama 4-8 jam pada suhu 35-40°C atau meletakkan
beberapa jam dalam suatu ruangan dimana asap disalurkan dari pembangkit asap
yang terdiri dari suatu roda penggiling dan suatu tongkat kayu.
2.
Produk – produk pengolahan Daging
a)
Nugget
Nugget biasanya dibuat
dari daging ayam tetapi semua daging bisa dibuat nugget. Bahan untuk membuat
nugget adalah daging, garam, bumbu-bumbu, tepung, kuning telur, bisa
ditambahkan susu full cream dan lain-lain. Proses pembuatannya meliputi tahap
penggilingan daging, pembentukan adonan (campur dengan bumbu dan bahan
lainnya), pencetakan dan dikukus selama 45 menit, pemotongan, pelapisan dan
penggorengan.
b) Bakso
Bakso merupakan produk
olahan daging yang populer di kalangan masyarakat Indonesia. Tahapan pembuatannya
meliputi curing (bila diperlukan), penggilingan, pembuatan adonan, pembentukan
bulatan dan perebusan hingga bulatan bakso mengapung. Bahan-bahan yang
digunakan adalah daging, tepung, STPP, garam dan bumbu-bumbu.
c) Dendeng
Dendeng merupakan salah
satu makanan tradisional Indonesia. Dendeng termasuk makanan semi-basah, yaitu
mengandung kadar air antara 15 – 50%. Dendeng juga merupakan produk olahan
daging yang diproses secara kombinasi antara curing dan pengeringan. Dendeng
ada dua jenis, yaitu dendeng iris dan dendeng giling.
Dendeng iris dibuat dengan mengiris dendeng kira-kira setebal 3 mm kemudian
dicampurkan dengan bumbu-bumbu dan curing selama satu malam. Kemudian dendeng
dijemur hingga kering. Pengeringan bisa dilakukan dengan menggunakan oven.
Pembuatan dendeng giling adalah diawali dengan menggiling daging yang kemudian
dicampur dengan bumbu-bumbu. Selanjutnya dibentuk lembaranlembaran dengan
ketebalan lebih kurang 3 mm.
d) Standar
Produk Olahan Daging - · Nugget
Jenis
Uji
|
Persyaratan
|
|
Keadaan
|
||
-
Aroma
-
Rasa
-
Tekstur
Air
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
|
%,b/b
%,b/b
%,b/b
%,b/b mg/100g
|
Normal,
sesuai label
Normal,
sesuai label
Normal
Maks.60
Min.12
Maks.20
Maks.25
Maks.30
|
Sumber:
Badan Standarisasi Nasional (2002)
- · Bakso
No
|
Kriteria Uji
|
Satuan
|
Persyaratan
|
1
|
Keadaan
- Bau
- Rasa
- warna
- tekstur
|
--
--
--
--
|
Normal, khas daging
Gurih
Normal
kenyal
|
2
|
air
|
% b/b
|
Maks. 70,0
|
3
|
Abu
|
% b/b
|
Maks. 3,0
|
4
|
protein
|
% b/b
|
Min. 9,0
|
5
|
lemak
|
% b/b
|
Maks. 2,0
|
6
|
boraks
|
--
|
Tidak boleh ada
|
7
|
Bahan tambahan makanan sesuai dengan SNI.01-0222-1537
dan revisinya
|
||
8
|
Cemaran logam
-
Timbal (pb)
-
Tembaga (cu)
-
Seng (zn)
-
Timah (sn)
-
Raksa (hg)
|
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
|
Maks. 2,0
Maks. 20,0
Maks. 40,0
Maks. 40,0
Maks. 0,03
|
9
|
Cemaran arsen (as)
|
Mg/kg
|
Maks. 1,0
|
10
|
Cemaran mikroba
-
angka lempeng total
-
bakteri bentuk koli
-
escherchia coli
-
enterococci
-
perfringens
-
salonella
-
staphylococcus aureus
|
Koloni/g
APM/g
APM/g
Koloni/g
Koloni/g
--
Koloni/g
|
Maks 1x105
Maks. 10
<3
Maks. 1x103
Maks. 1x102
Negatif
Maks. 1x102
|
Sumber
: Badan Standarisasi Nasional (1995)
- · Dendeng
Jenis Uji
|
Persyaratan
|
|
Mutu
I
|
Mutu
II
|
|
Warna dan bau
|
Khas dendeng
|
Khas dendeng
|
Kadar air (berat/berat basah)
|
Maks 12%
|
Maks 12%
|
Kadar Protein (Berat/bahan
kering)
|
Min 30%
|
Min 25%
|
Abu (Berat/bahan kering)
|
Maks 1%
|
Maks 1%
|
Benda asing (Berat/bahan kering)
|
Maks 1%
|
Maks 1%
|
Kapang dan serangga
|
Tidak Nampak
|
Tidak Nampak
|
Sumber : Badan Standardisasi Nasional (1992).
Daftar
Pustaka
http://www.ilmuternak.com/2014/10/cara-pengawetan-daging.html ( Diakses tanggal 29 September 2016 )
http://agis-protekno.blogspot.co.id/2014/03/pengawetan-daging-secara-thermal.html
( Diakses tanggal 29 September 2016 )
http://firmanprotek.blogspot.co.id/2011/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html ( Diakses tanggal 29 September 2016 )
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jtptunimus-gdl-trilistian-6432-3-babii.pdf (
Diakses tanggal 29 September 2016 )
: http://harfinad24090112.wordpress.com/2012/09/30/lap-8-abon-dan-dendeng/ ( Diakses tanggal 29 September 2016 )
https://lordbroken.wordpress.com/2012/07/24/pembuatan-sosis-metode-fermentasi/ (
Diakses tanggal 29 September 2016 )
http://posluhdesdesacijambu.blogspot.co.id/2011/04/nugget-ayam.html (
Diakses tanggal 29 September 2016 )
http://de-blonx.blogspot.co.id/2010/05/pengolahan-daging.html ( Diakses tanggal 29 September 2016 )
Maaf, apalabila ada kekurangan serta kekeliruan dalam penulisan ! Marilah kita saling membangun dalam Pengetahuan !
Maaf, apalabila ada kekurangan serta kekeliruan dalam penulisan ! Marilah kita saling membangun dalam Pengetahuan !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar